Gagahin Teman Ibuku Yang Sexy
![]() |
Gagahin Teman Ibuku Yang Sexy |
AGENPOKER.
| Pada hari itu aku diminta mama untuk mengantar ke Solo, katanya ada
acara reuni dengan teman-temannya di kota Solo. Dengan sepeda motor
pemberian mama sebagai hadiah ulang tahun ke-17 juga sebagai hadiah aku
diterima di salah satu SMA negeri bonafid di kabupaten, aku antar mama
ke Solo, tepatnya di kota Palur.
Sesampainya
di tujuan, sudah banyak teman mama yang hadir. Mereka datang
berpasangan (mama sudah menjanda ketika aku duduk di kelas II SMP, papa
tertanggap menghamili gadis tetangga). Semula aku kira mereka pasangan
suami istri atau ibu dengan puteranya sepertiku, namun lama-lama aku
menjadi sangsi. Bagaimana tidak, meskipun selisih usianya cukup jauh
tapi mereka tampak begitu mesra. Bahkan ketika mama memperkenalkan aku
kepada teman-temannya sebagai anaknya, mereka semua tidak percaya,
malah-malah mereka bilang mama hebat dalam memilih pasangan.
Beberapa
lelaki, yang semula aku anggap suami-suami mereka, banyak yang memberi
semangat kepadaku. Menurut mereka, aku merupakan lelaki yang beruntung
bisa mendapatkan cewe seperti mama, selain cantik, muda dan tidak pelit
namun yang lebih penting duitnya banyak.
Sebenarnya aku malu, marah dan kesal. Bagaimana tidak marah, mereka tetap tidak percaya kalau aku anak mama yang sebenarnya. Namun demi melihat mama hanya tersenyum saja, aku tak menampakkan kesemuanya itu.
Sebenarnya aku malu, marah dan kesal. Bagaimana tidak marah, mereka tetap tidak percaya kalau aku anak mama yang sebenarnya. Namun demi melihat mama hanya tersenyum saja, aku tak menampakkan kesemuanya itu.
Dalam
perjalanan pulang mama baru cerita semuanya kalau sebenarnya mereka
bukan suami istri atau ibu dengan anak-anaknya, mereka merupakan
pasangan idaman lain (PIL). Mama juga cerita mengapa tadi hanya
tersenyum waktu mereka bilang aku pasangan mama dan hanya sedikit
membela diri bahwa aku anaknya yang sebenarnya.
Menurut mama susah menjelaskan kepada mereka kalau aku anak mama yang sebenarnya, karena dihati mereka sudah lain.
Menurut mama susah menjelaskan kepada mereka kalau aku anak mama yang sebenarnya, karena dihati mereka sudah lain.
Mama
juga cerita kenapa mengajak aku untuk mengantar ke acara tersebut,
selain aku libur juga mama akan susah menolak seandainya nanti lelaki
(gigolo) yang mereka tawarkan kepada mama jadi datang. Selama ini sudah
sering mama diolok-olok oleh mereka. Mama dikata sebagai janda muda yang
cantik dan punya uang tapi kuper. Dan jadwal selanjutnya, tahun baru
(siang) di yogyakarta, di rumah Tante Ina.
Dua
minggu sejak pertemuan di Solo, Tahun Baru pun datang, 1 Januari 1989.
Dengan sepeda motor yang sama aku antar mama ke rumah Tante Ina di
yogyakarta. Sengaja untuk acara ini aku minta mama untuk membeli
beberapa pakaian, aku tidak terlalu kalah gengsi dengan cowok-cowok
mereka.
Sesampainya
kami di di rumah Tante Ina, teman-teman mama sudah banyak yang datang
lengkap dengan centheng-centhengnya. Ketika datang kami disambut dengan
peluk dan cium mesra.
Rumah Tante Ina cukup besar dan luas, cukup untuk menampung lebih dari 30 orang. Acara dibuka dengan sambutan selamat datang dan selamat tahun baru dari tuan rumah, dilanjutkan dengan makan bersama dan seterusnya acara biasa “ngerumpi”.
Rumah Tante Ina cukup besar dan luas, cukup untuk menampung lebih dari 30 orang. Acara dibuka dengan sambutan selamat datang dan selamat tahun baru dari tuan rumah, dilanjutkan dengan makan bersama dan seterusnya acara biasa “ngerumpi”.
Entah
usul dari siapa, diruangan tengah menyetel VCD porno. Kata mereka biasa
untuk menghangatkan suasana yang dingin karena musin hujan.
Bisa dibayangkan bagaiaman perasaanku, diusia ke-17 dikala tingkat birahi sedang tumbuh menyaksikan kesemuanya ini. Mamapun juga tampak kikuk terhadapku, terlebih ketika Tante Astuti dan pacarnya tampak asyik bercium mesra disampingku dengan tangannya yang gencar menjelajah dan suaranya yang cukup berisik.
Bisa dibayangkan bagaiaman perasaanku, diusia ke-17 dikala tingkat birahi sedang tumbuh menyaksikan kesemuanya ini. Mamapun juga tampak kikuk terhadapku, terlebih ketika Tante Astuti dan pacarnya tampak asyik bercium mesra disampingku dengan tangannya yang gencar menjelajah dan suaranya yang cukup berisik.
Dan
diantara kegelisahan itu, Tante Ina membisikkan kepada kami kalau mau
boleh menggunakan kamar diatas. Sambil menyerahkan kunci dia ngeloyor
pergi sama pacarnya. Aku dan mama hanya tersenyum, tapi ketika aku toleh
di sekeliling sudah kosong, yang ada tinggal Tante Melani dan Tante
Yayuk beserta pasangan mereka masing-masing, dimana pakaian yang mereka
kenakan juga sudah kedodoran dan tidak lengkap lagi. Dengan rasa jengah
mama mengajakku ke lantai atas.
Di lantai
atas, di kamar yang disediakan untuk kami, tidak banyak yang dapat
dilakukan. Kasur yang luas dan kain sprei yang berwarna putih polos
hanya menambah gairah mudaku yang tak tersalurkan. Mama minta maaf, kata
mama kegiatan semacam ini tidak biasanya diadakan waktu siang hari, dan
baru kali ini mama ikut didalamnya (biasanya mama tidak hadir kalau
acara malam hari). Sewaktu akan keluar kamar mama sengaja membuat
rambutnya tampak awut-awutan (biar enggak ada yang curiga, katanya).
Waktu
menunjukkan pukul 15.30 wib acara selesai. Pertemuan selanjutnya
dikediaman Tante Astuti di Solo, bertepatan hari ulang tahun Tante
Astuti yang ke-42. Sejak acara mendadak di rumah Tante Ina, selama dalam
perjalanan pulang, mama tak banyak bicara. Kebekuan ini akhirnya cair
waktu kami istirahat isi bensin.
Satu hal
yang tak dapat kulupa dari mama, ketika akan keluar kamar atas tidak
tampak penolakan mama waktu aku sekilas mencium pipi dan bibirnya serta
waktu akan pamitan pulang mama juga tampak santai ketika tanganku
sekilas meremas buah dadanya. Ketika aku tanyakan semua ini, mama hanya
tersenyum dan mengatakan kalau aku mulai nakal.
Sehari
menjelang pertemuan di rumah Tante Astuti mama tanya sama aku, mau
datang apa enggak karena malam hari dan takut hal-hal seperti dirumah
Tante Ina yang lalu akan terulang. Karena bertepatan hari ulang tahun
Tante Astuti aku sarankan hadir, masalah yang lalu kalau memang harus
terjadi yach itung-itung rejeki, kataku sambil berkelakar.
5
Februari 2013 di rumah Tante Astuti suasana hingar-bingar. Maklum Tante
Astuti seorang janda sukses dengan seorang putera yang masih kecil.
Dalam acara hari ini Tante Astuti sengaja mendekorasi rumahnya dengan
suasana diskotik. Dentuman musik keras, asap rokok dan bau minuman
beralkohol menyemarakkan hari ulang tahunnya.
Setelah memberikan ucapan selamat dan mencicipi makan malam acara dilanjutkan
Setelah memberikan ucapan selamat dan mencicipi makan malam acara dilanjutkan
dengan
ajang melantai. Sebenarnya mama sudah berusaha untuk tidak beranjak
dari tempat duduknya, namun permintaan Tante Susan agar mama bersedia
berdansa dengan relasi Tante Susan jualah yang membuat mama bersedia
bangkit. Tak tega aku melihat kekikukan mama apalagi relasi Tante Susan
tampak berusaha untuk mencium mama, serta merta akupun berdiri dan
permisi kepada relasi Tante Susan agar mama berdansa denganku.
Kujauhkan
rasa sungkan, malu dan grogi. Kurengkuh pinggang mama sambil terus
berdansa kuajak ke arah taman untuk istirahat minggir dari keramaian
pesta. Dibangku taman bukan ketenangan yang kudapat, justru yang ada
Tante Yani dan Tante Sri dengan pasangannya asyik bercumbu mesra.
Kepalang tanggung mau kembali ke pesta kasihan mama yang sudah cukup
lelah selain tak enak sama mereka karena kalaupun kembali ke dalam harus
melewati Tante Yani dan Tante Sri.
Akhirnya
mama memutuskan kami tetap dibangku taman sambil menunggu pesta usai.
Supaya Tante Yani dan Tante Sri tidak merasa jengah, mama memintaku
untuk menciumnya. Awalnya hanya sekedar pipi dan sekilas bibir namun
demi mendengar dengus nafsu Tante Yani, nafsu mudaku pun tak dapat
kutahan.
Tak hanya kecupan, justru pagutan yang lebih dominan dan tanpa
sadar entah kapan mulainya, tangan ini sudah bergerilya di dalam baju
mama, memeras, memilin dan ….. hingga teriakan nafsu Tante Sri
menyadarkan perbuatanku atas mama.
Bercampurlah
rasa malu, bersalah dan entah …. pada diri ini, aku mengajak mama untuk
segera pamit kepada tuan rumah meskipun Tante Astuti menyarankan kami
menginap dirumahnya.
Sesampainya dirumah
kutumpahkan rasa sesalku atas perbuatan tak senonohku pada mama.
Lagi-lagi mama hanya tersenyum dan mengatakan tak apa-apa, wajar orang
lupa dan khilaf apalagi suasana seperti di rumah Tante Yani yang serba
bebas. Sambil iseng aku bertanya mengapa waktu itu mama tidak menolak.
Kata mama supaya Tante Yani dan Tante Sri tak terganggu apalagi waktu
itu aku tampak bernafsu sekali. Oleh mama aku tak perlu memikirkan yang
sudah-sudah dan sambil beranjak tidur mama masih sempat mencium pipiku.
Namun
bagaimana aku bisa tak perlu memikirkan yang sudah-sudah sementara
nafsu sudah bersimaharajalela. Karena tetap tak bisa tidur, dengan
terpaksa tengah malam (+ 02.00 wib) kubangunkan mama. Dikamar tengah
kucumbu mama, kucium, kupagut dan tangan ini tak terhalang
bergentayangan disekujur tubuh mama. Namun tangan ini akhirnya berhenti
sebelum sampai pada tujuan akhir, tempat yang teramat khusus.
Pagi
harinya tak tampak kemarahan pada wajah mama, sambil sarapan pagi mama
malah berkata kalau aku mewarisi sifat-sifat papa yang nakal tanpa
menegur kelakuanku tadi malam. Bahkan mama geleng-geleng kepala ketika
aku pamit berangkat sekolah kucium bibirnya didepan pintu.
4
April 2015 genap sudah 18 tahun usiaku, hari itu terasa lama sekali
menunggu sore. Hari itu aku menunggu-nunggu hadiah ulang tahun spesial
yang telah dijanjikan mama. Dua hari yang lalu, aku ditanya mama ingin
hadiah apa untuk merayakan hari ulang tahunku. Sudah cukup banyak hadiah
ulang tahun yang aku punya seperti : motor atau komputer. Akhirnya aku
katakan pada mama, kalau mama tidak keberatan aku mau mama.
Sekilas
mama terdiam, ada perasaan tidak percaya atau tidak dapat menerima
permintaanku. Aku dikira bercanda lagi dan mama bertanya seebnarnya aku
mau hadiah apa, aku bilang pada mama kalau aku tidak bercanda kalau aku
mau mama.
Dua hari mama terdiam, dua hari kami tidak bertegur sapa. Aku kira mama marah atas permintaanku terdahulu.
Dua hari mama terdiam, dua hari kami tidak bertegur sapa. Aku kira mama marah atas permintaanku terdahulu.
Pagi
hari tadi setelah sarapan aku minta maaf pada mama atas permintaanku
dua hari yang lalu dan sekaligus aku bermaksud menarik permintaanku.
Namun mama berkata lain, bahwa permintaanku dua hari yang lalu akan mama penuhi. Aku nanti malam diminta tidak mengundang teman-temanku dan aku juga diminta untuk mempersiapkan diri. Timbul dihatiku rasa senang, cemas, grogi, bahagia dan entah…. Spontan kucium mama, kucium pipinya, kucium bibirnya dan kucium matanya serta kupeluk erat.
Namun mama berkata lain, bahwa permintaanku dua hari yang lalu akan mama penuhi. Aku nanti malam diminta tidak mengundang teman-temanku dan aku juga diminta untuk mempersiapkan diri. Timbul dihatiku rasa senang, cemas, grogi, bahagia dan entah…. Spontan kucium mama, kucium pipinya, kucium bibirnya dan kucium matanya serta kupeluk erat.
Selepas
pulang kerja tadi sore mama tidak keluar dari kamarnya. Baru tepat
pukul 21.30 wib bersamaan dengan selesainya acara Dunia Dalam Berita di
TVRI mama memanggilku untuk ke kamarnya.
Dengan
gemuruh hati yang berdetak keras kuhampiri kamarnya dan kudapati mama
di depan pintu dengan tubuhnya terbalut kain sprei. Sambil tersenyum
manis mama mencium bibirku dan mulai melepas satu-persatu pakaian yang
kukenakan. Tak kudapati wajah keterpaksaan pada mama, bahkan dengan
serta merta tangan mama meraba dan mengelus dengan lembut ketika pakaian
yang kukenakan tinggal celana dalam saja.
Dengan
nafsu dan gairah yang menggelegak kuserang mama. Kucium, kupeluk,
kucumbu dan dengan kekuatan prima kuakhiri perjakaku yang disambut mama
dengan belitan yang memabukkan, yang menuntuk terus dan selalu terus,
entah berapa kali malam itu birahi kutuntaskan.
Ada
terbersit rasa bangga, puas dan plong ketika kutemukan mama tertidur
pulas dengan bertelanjang dalam pelukanku. Kucium keningnya, namun
ketika aku akan bangun mama menahanku dan dengan kelihaiannya mampu
membangkitkan lagi gairah birahiku. Dan pagi hari itupun menjadi pagi
yang teramat indah. Sebelum aku meninggalkan kamarnya mama mencium pipi
dan bibirku sekilas sambil mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku.
Entah
mengapa dengan mama aku bisa begitu bergairah, semenjak kejadian di
rumah Tante Yani di Yogyakarta yang lalu setiap memandang mama selalu
timbul birahiku. Di sekolah tak kurang gadis sebaya yang lebih cantik
yang tak menolak aku pacari, namun justru dengan mama birahiku timbul.
Tapi harus diakui meskipun mama sudah cukup umur namun memang masih
cantik, putih, tinggi, sintal, supel, luwes, berisi dan
Semenjak
itu, hampir tiada batas penghalang antara aku dan mama. Dimana tempat
dan dimana waktu, kalau aku mau mama selalu memenuhi.
Dengan
mama birahiku tak padam-padam. Setiap acara teman-teman mama selalu
menjadi acara luar kota yang sangat mengasyikan dan menjadi acara
favorit yang selalu aku tunggu-tunggu.
Sungguh
permainan ranjang mama menjadi suatu candu hidupku, sore hari, sebelum
tidur, sebelum belajar bahkan sebelum berangkat sekolah pun mama selalu
siap. Dengan lemah-lembut, keayuan, kepasrahan, dan naluri keibuannya
mama memenuhi hasratku sebagai lelaki.
Hingga
kini, ketika istriku tengah mengandung anakku yang ketiga, dimana istri
sedang tidak laik pakai, kembali mama sebagai penyelamat saluran
nafsuku dan entah sampai kapan lagi kami masih harus begini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar